gaulislam edisi 034/tahun I (12 Jumadits Tsaaniy 1429 H/16 Juni 2008) |
Jamaah Ahmadiyah masih bisa senyam-senyum. Pasalnya mereka lagi di atas angin. Setelah kasus Monas, justru umat Islam yang menuntut pembubaran Ahmadiyah jadi terdakwa. Bukan cuma itu, umat Islam juga malah berantem sendiri di berbagai daerah. Ini semua terjadi atas nama kebebasan berkeyakinan dan beragama. Menurut para pendukungnya, seperti AKKBB (Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan), Ahmadiyah nggak boleh dibubarkan. Melarangnya sama dengan melanggar HAM dan kebebasan beragama. Sebenarnya gimana sih soal kebebasan beragama? Apa bener Islam tuh selalu maksain keyakinannya pada pemeluk agama lain? En apa bener Ahmadiyah itu adalah islami? Itu semua kita bahas di gaulislam edisi ini. Loading... Soal Ahmadiyah Umat Islam memang pantes geram en kesel. Sebab, SKB (Surat Keputusan Bersama) tiga menteri yang dikeluarkan pada Senin, 9 Juni 2008 lalu sekadar “peringatan” untuk Jamaah Ahmadiyah. Bukan melarang apalagi membubarkan kelompok tersebut. Rencananya para ulama dan tokoh-tokoh Islam akan kembali meminta pemerintah untuk membuat SKB tentang pelarangan dan pembubaran Ahmadiyah. Belum ada perubahan “status” SKB sampai tulisan ini dibuat. Eksistensi jamaah Ahmadiyah juga didukung oleh sejumlah kalangan, di antaranya ya AKKBB itu. Para penggiat Ahmadiyah juga berkampanye kalo ajaran mereka nggak menyimpang dari Islam. Di koran Republika pada 23 Mei 2008, misalnya, mereka menulis kalo Ahmadiyah itu bagian dari jamaah Islam. Pendapat mereka juga diperkuat oleh sejumlah orang yang mengaku kyai. Para ‘kyai’ ini bilang kalo kitab Tadzkirah yang dijadikan pegangan oleh jamaah Ahmadiyah, hanyalah kumpulan fatwa. Bukan kitab suci seperti yang dituduhkan banyak orang. Kesimpulan sejumlah kyai ini, tuduhan bahwa Ahmadiyah itu sesat adalah mengada-ada dan ngawur. Pendukung Ahmadiyah yang lain adalah jamaah AKKBB. Bagi mereka, ajaran Ahmadiyah kudu dibela. Pasalnya dalam UUD 45 pasal 29 ayat 2, kan negara wajib menjaga kebebasan berkeyakinan dan beribadah. Negara nggak mengatur mau berkeyakinan apa dan ibadahnya bagaimana, yang penting semua agama dan aliran layak hidup di bumi Indonesia. Lagian, kata mereka, itu adalah hak asasi manusia. Nggak boleh ada kelompok manapun yang memaksakan keyakinannya pada orang lain, atau melarang keyakinan tertentu. Of course, pernyataan bahwa ajaran Ahmadiyah itu sesat, bukan cuma isapan jempol. Kitab Tadzkirah yang dikatakan sejumlah orang yang mengaku ‘kyai’ itu bukan cuma kumpulan fatwa lho, tapi sudah dianggap wahyu muqaddas (wahyu yang disucikan). Kemudian pengakuan Mirza Ghulam Ahmad (MGA) sebagai nabi juga bukan tuduhan, emang dari sononya ia ngaku begitu. MGA berkata, “Dalam wahyu ini Tuhan menyebutkanku RasulNya, karena sebagaimana sudah dikemukakan dalam Brahin Ahmadiyah, Tuhan Maha Kuasa telah membuatkan manifestasi dari semua nabi, dan memberiku nama mereka. Aku Adam, aku Seth, aku Nuh, aku Ibrahim, aku Ishaq, aku Ismail, aku Ya’qub, aku Yusuf, aku Musa, aku Daud, aku Isa, dan aku adalah penjelmaan sempurna dari Nabi Muhammad saw, yakni aku adalah Muhammad dan Ahmad sebagai refleksi”. (Haqiqatul Wahyi, h. 72). (Majalah Sinar Islam (terbitan Ahmadiyah) edisi 1 Nopember 1985). MGA juga mengkafirkan orang-orang yang tidak beriman kepadanya; “Seseorang yang tidak beriman kepadaku, ia tidak beriman kepada Allah dan RasulNya. (Haqiqat ul-Wahyi, hal. 163). Juga perkataannya, “Sikap orang yang sampai dakwahku kepadanya tapi ia tak mau beriman kepadaku, maka ia kafir. (S.k. al-Fazal, 15 Januari 1935) Bro en sis, Jemaah Ahmadiyah jelas-jelas mengkafirkan kaum muslimin. Basyiruddin, adik Mirza Ghulam Ahmad, berkata: Di Lucknow, seseorang menemuiku dan bertanya: “Seperti tersiar di kalangan orang ramai, betulkah Anda mengafirkan kaum Muslimin yang tidak menganut agama Ahmadiyah?” Kujawab: “Tak syak lagi, kami memang telah mengafirkan kalian!” Mendengar jawabanku, orang tadi terkejut dan tercengang keheranan (Anwar Khilafat, h. 92) Ucapannya lagi: “Barangsiapa mengingkari Ghulam Ahmad sebagai nabi dan rasul Allah, sesungguhnya ia telah kufur kepada nash Quran. Kami mengafirkan kaum Muslimin karena mereka membeda-bedakan para rasul, mempercayai sebagian dan mengingkari sebagian lainnya. Jadi, mereka itu kuffar!” (S.k. al-Fazal, 26 Juni 1922) Dan Basyir Ahmad menegaskan lagi “Setiap orang yang beriman kepada Muhammad tapi tidak beriman kepada Ghulam Ahmad, dia kafir, kafir, tak diragukan lagi kekafirannya” (Review of Religions, No. 35; Vol. XIV, h. 110) Nah lho, kalo ternyata udah mengaku sebagai nabi, bahkan mengkafirkan orang lain yang nggak mengimaninya, apa itu nggak bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah? Kalo begitu, kyai-kyai yang kemarin ngebelain Ahmadiyah dari mana mereka punya alasan, ya? Jangan-jangan mereka juga kena dibohongin jamaah Ahmadiyah. Guyz, makanya kamu kudu prihatin deh, kenapa aliran sesat itu dibiarkan tumbuh subur di tanah air. Malah jamaah Ahmadiyah ini diistimewakan oleh pemerintah. Khalifah IV Ahmadiyah di London, Thahir Ahmad pernah diundang ke Indonesia di masa reformasi. Kedatangannya atas prakarsa seorang cendekiawan muslim Indonesia. Waktu itu Khalifah IV ini disambut dan dipeluk oleh Ketua MPR yang juga tokoh reformasi kala itu. Beragama, bebas? Barangkali, susahnya memberantas aliran sesat seperti Ahmadiyah dikarenakan hari ini ada orang berteriak-teriak soal kebebasan berkeyakinan dan beragama. Menurut para pendukungnya, hal itu merupakan hak asasi manusia. Nggak boleh dipaksa atau dilarang. Udah mutlak kudu dijamin. Pertanyaannya, apa iya kebebasan beragama juga berarti bebas untuk ngacak-ngacak agama? Kalo soal bebas memilih agama, sebenarnya udah nggak aneh dalam ajaran Islam. Agama kita emang nggak memaksakan manusia untuk masuk ke dalam agama Islam. Kamu pastinya udah apal betul dengan ayat, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).”(QS al-Baqarah: 256). Ayat itu adalah garansi bahwa setiap insan nggak akan dipaksa memeluk agama Islam. Bo’ong banget kalo dikatakan bahwa Islam itu dipaksakan, apalagi dengan jalan kekerasan. But, buat orang yang udah berada dalam agama Islam, nggak ada pilihan lain kecuali tunduk pada Islam. Allah Ta’ala berfirman; إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَن يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا “Sesungguhnya ucapan orang-orang beriman jika diseru kepada Allah dan RasulNya untuk berhukum di antara mereka adalah ‘kami mendengar dan kami taat’,” (QS an-Nuur [24]: 51) Juga firmanNya (yang artinya):”Dan tidak pantas bagi orang beriman laki-laki dan orang beriman perempuan jika Allah dan RasulNya telah menetapkan satu keputusan, ada pilihan bagi mereka.” (QS al-Ahzab [33]: 36) So, apa pantes seorang muslim menolak shalat lima waktu? Nggak puasa Ramadlan? Apalagi sampai mengacak-acak ajaran Islam, seperti ngaku-ngaku jadi nabi, jadi malaikat, dll. Untung aja nggak sampai ngaku jadi pocong atau kuntilanak. Halah! Pada kenyataannya, nggak bakal ada umat beragama – agama manapun — yang rela ajarannya diacak-acak. Umat Kristiani, misalnya, pasti akan marah kalo jumlah tuhannya ditambah atau dikurangi. Atau Injil yang mereka pakai disebut bukan kitab suci, atau dianggap kurang. Atau lagi jika salibnya diubah, atau patung Yesus pada salib itu diganti dengan patung orang lain, pastinya mereka juga tidak terima bahkan marah. Betul nggak? Ketika novel The Da Vinci Code karya Dan Brown keluar, banyak pastur dan tokoh Kristiani yang marah. Novel itu dianggap bisa merusak keyakinan umat Kristiani. Kemudian sejumlah buku dirilis oleh kalangan Kristiani untuk menyelamatkan keyakinan mereka. Maklum, dalam novel yang kemudian difilmkan oleh Tom Hanks, dikisahkan bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena. Padahal umat Kristiani percaya bahwa Yesus tidak menikah, apalagi Maria Magdalena dikenal sebagai seorang pelacur. Begitu pula dengan agama-agama lainnya pasti umat mereka nggak bakal terima dan marah jika ajarannya diacak-acak. Umat Hindu misalnya pernah memprotes sampul novel Supernova karya Dewi Lestari karena membawa-bawa simbol agama mereka. Penyanyi Iwan Fals juga pernah berurusan dengan pengikut agama Hindu dalam kasus yang sama pada sampul kasetnya Manusia Setengah Dewa. Jadi, kayaknya kebebasan beragama yang menjurus pada pengacauan agama atau penodaan agama, nggak bakal diterima oleh umat manusia. Lagian apa mau umat beragama saling menukar ajaran ibadahnya? Misalnya umat Kristiani kudu wajib shalat Jumat dan puasa Ramadlan sebulan penuh, atau orang Islam kalo meninggal jangan dikubur tapi dibakar dalam upacara Ngaben, dsb. Kayaknya nggak bakal ada yang rela tuh. Lalu gimana dong kebebasan beragama yang sekarang lagi dikampanyekan? Wah, itu mah kampanye untuk menyudutkan Islam. Karena orang-orang yang berteriak kebebasan beragama selalu ngebelain Ahmadiyah, dan nyalahin kaum muslimin yang anti Ahmadiyah. Padahal udah jelas banget kalo jamaah Ahmadiyah itu ngerusak ajaran Islam. Kalangan penyeru kebebasan beragama seperti AKKB juga sering menghina ajaran Islam. Guntur Romli, salah seorang aktivis AKKBB yang kena gebug FPI di Monas kemarin, dalam sebuah tulisannya di Jurnal Perempuan pernah memutarbalikkan ayat-ayat al-Quran untuk menghalalkan homoseksual dan lesbian. Ia juga pernah menulis di sebuah koran ibu kota kalau al-Quran itu hasil contekan dari kitab-kitab sebelumnya. Waduh, buruan tobat Mas! Parahnya lagi, keberadaan mereka itu tak lebih dari perpanjangan tangan kaum imperialis Amerika Serikat. Ketika umat Islam di tanah air menuntut pembubaran Ahmadiyah, negara-negara Barat justru menekan pemerintah khususnya Departemen Agama agar tidak membubarkannya. Negara-negara itu adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia dan Inggris. Catet itu! Sikap kita Buat kita, udah jelas kalo beragama itu ada pedomannya. Nggak bisa kita berkeyakinan dan beribadah semau-maunya. Ngawur aja kalo orang bilang beragama itu bebas. Kalo begitu bisa-bisa orang bikin agama sendiri, nabi sendiri, kitab suci sendiri, bahkan punya tuhan sendiri (iiih). Maka, semangat bebas dalam beragama itu nggak sejalan dengan ajaran Islam. Setiap muslim kudu taat en patuh pada syariat Islam dan berpegang pada akidah Islam. Kalo terjadi penyimpangan maka pelakunya kudu bertobat. Terakhir, umat Islam kudu jernih ngelihat persoalan ini. Jangan gara-gara pemberitaan di televisi, majalah, koran en internet, kemudian kamu jadi bersimpati pada orang-orang yang menyuarakan kebebasan beragama. Padahal mereka tengah menyiapkan perangkap untuk merusak ajaran Islam. Ditambah lagi mereka punya misi untuk mempertahankan ajaran sesat Ahmadiyah. Sayangnya, banyak orang Islam nggak nyadar. Mereka malah sibuk menyalahkan sesama muslim, lupa dengan masalah penodaan agama oleh Ahmadiyah. Sudah begitu, lebih rela berantem dengan ‘saudara sendiri’ ketimbang melawan musuh yang sesungguhnya. Lihat aja banyak kaum muslimin yang malah pada minta supaya FPI dibubarkan, bukannya ngelarang Ahmadiyah. Ah, kasihan umat Islam. Sudahlah agamanya dirusak, masih mau juga diadu domba. Hmm.... [iwan januar] |