Castro: sosok revolusioner Kuba

Fidel Castro, yang telah mengumumkan diri mundur dari kursi Presiden Kuba, telah memerintah negaranya begitu lama, sehingga hampir 75% warganya tidak pernah mengenal pemimpin lain.

Kendati Amerika Serikat telah mencoba menggusur dia, Presiden Castro bertahan, sementara sembilan presiden silih berganti memerintah di Washington D.C. sejak dia berkuasa tahun 1959.
Pada Juli 2006 Presiden Castro menjalani bedah darurat pada saluran pencernaan dan absen dari semua acara publik sejak saat itu.
Meski para pejabat Kuba mengatakan, pemimpin mereka sedang mengalami pemulihan, ketidakmunculannya memicu keraguan soal kesehatannya.
Pada 19 Februari 2008, Castro mengumumkan: "Saya tidak akan berniat untuk atau pun menerima jabatan presiden dewan negara dan panglima tertinggi."
Dia telah mengisyaratkan setidaknya pada 17 Desember dalam sepucuk surat yang dibacakan di televisi Kuba, bahwa dia mengemban tugas untuk tidak mencengkeram kekuasaan atau menghalangi generasi yang lebih muda.
Selagi saudaranya, Raul, yang juga sudah uzur, bertindak sebagai penjabat presiden sejak tahun lalu, istilah pemimpin yang lebih mudah secara tersirat menyatakan Raul mungkin tidak secara otomatis menggantikan dia.
Pertanyaan yang masih belum terjawab adalah apakah Revolusi Komunis Kuba akan tetap bertahan hidup setelah era Fidel Castro.

Keluarga kaya
Pemimpin Komunis, yang dikenal karena pidato panjang penuh retorika anti-Amerika terlahir pada 1926 dari keluarga tuan tanah yang kaya dan dinamai Fidel Alejandro Castro Ruz.

Che Guevara, seorang sekutu dekat Castro dalam revolusi
Castro muda menjalani pendidikan Jesuit dan lulus dari Universitas Havana sebagai ahli hukum.
Namun, setelah terguncang oleh perbedaan mencolok antara gaya hidupnya yang nyaman dan kemiskinan banyak warga lain, dia belakang menjadi revolusioner berhaluan Marxist-Leninis.
Pada tahun 1953, dia mengangkap senjata untuk melawan resmi Presiden Fulgencio Batista.
Dengan tujuan memicu revolusi rakyat, pada 26 Juli tahun itu, Castro memimpin lebih dari 100 pengikut melancarkan serangan yang gagal terhadap barak militer Moncada di Santiago de Cuba.
Fidel Castro dan saudaranya Raul selamat, tapi dipenjarakan.
Diampu setelah dua tahun, Castro melanjutkan kampanye untuk menggusur rezim Batista selagi berada di pengasingan di Meksiko, dan mendirikan pasukan gerilya yang dikenal sebagai Gerakan 26 Juli.
Cita-cita revolusionernya menarik dukungan di Kuba dan pada tahun 1959 pasukannya menggulingkan Batista, yang rezimnya dianggap identik dengan korupsi, kebobrokan dan ketidakadilan.
Penguasa baru Kuba, yang juga mencakup tokoh revolusioner legendaris asal Argentina, Che Guevara berjanji untuk menyerahkan lahan kepada rakyat dan membela hak-hak orang miskin.


Perang dingin
Fidel Castro bersikukuh menyatakan ideologi pertama dan utamanya adalah wawasan Kuba. "Tidak ada Komunisme atau Marxisme, tapi demokrasi perwakilan dan keadilan sosial dalam perekonomian yang tertata rapi," kata Castro saat itu.

Fidel Castro menjadi sekutu dekat Nikita Khrushchev
Dia belakangan dilecehkan oleh Presiden AS Dwight Eisenhower dan mengaku dia didorong untuk masuk ke pengaruh Uni Soviet dan pemimpinnya, Nikita Khrushchev. Kuba kemudian menjadi ajang Perang Dingin.
Pada April 1961, Amerika Serikat berusaha menggulingkan pemerintahan Castro dengan menggalang pasukan swasta dari kalangan warga Kuba di pengasingan untuk menyerbu pulau tersebut
Di Teluk Babi, pasukan Kuba berhasil menghalau penyerbu, dan menewaskan banyak di antara mereka selain menawan 1.000 orang.
Satu tahun kemudian pesawat mata-mata Amerika Serikat mendapati rudal Uni Soviet dalam perjalanan ke beberapa lokasi di Kuba. Dunia tiba-tiba dihadapkan pada kemungkinan perang nuklir habis-habisan.
Negara adidaya saling menatap, tapi pemimpin Uni Soviet-lah yang mengalah. Dia menarik rudalnya dari Kuba dengan imbalan persenjataan Amerika diam-diam ditarik dari Turki.
Meski demikian, Fidel Castro menjadi musuh nomor satu Amerika.
Amerika Serikat mencoba membunuh dia -- lebih dari 600 kali, kata seorang menteri Kuba.
Menjebak dia agar menghisap cerutu yang dijejali bahan peledak adalah satu gagasan untuk menghabisinya.
Makar anti-Castro lain jauh lebih aneh, termasuk membuat jenggotnya rontok dan mentertawakannya.
Uni Soviet mencurahkan banyak dana ke Kuba. Moskow memborong sebagian besar panen tebu pulau itu dan mengirimkan kapal-kapal yang bermuatan berbagai produk yang diperlukan untuk menyiasati blokade Amerika.
Meski mengandalkan bantuan Rusia, Presiden Castro mengantar Kuba menjadi pemuka Gerakan Non-Blok yang baru muncul.
Di Afrika, dia memihak dengan mengirimkan pasukannya untuk mendukung gerilyawan Marxist di Angola dan Mozambique pada 1970-an.
Exodus
Namun, era kepemimpinan Uni Soviet di bawah Mikhail Gorbachev tahun 1980-an membawa serta petaka bagi revolusi Presiden Castro.

Warga Kuba menumpang alat angkut darurat untuk mengungsi
Moskow mengakhiri dukungan ekonomi kepada Kuba dengan menolak membeli gula Kuba.
Sementara blokade Amerika masih berlanjut dan dukungan Soviet terputus, kelangkaan kronis tidak terelakkan di Kuba. Emosi menjadi semakin mudah naik, sementara antrian bahan pangan semakin panjang.
Menjelang pertengahan 1990-an, banyak warga Kuba tidak tahan lagi. Ribuan orang nekat mengarungi laut dalam gelombang exodus. Banyak yang tenggelam.
Peristiwa ini tidak ubahnya mosi tidak percaya yang telak bagi pemimpin mereka.
Putrinya Alina Fernandez lebih memilih hidup di pengasingan sebagai pembangkang di Miami daripada mengalami pemerintahan di bawah ayah yang "despotis".

Kondisi bangsa
Presiden Castro menggunakan sikap bermusuhan Amerika Serikat sebagai alasan untuk menampik reformasi demokratis atas sistem negara satu partainya.

Castro "ratusan kali lolos dari percobaan pembunuhan"
Namun, Kuba di bawah kepemimpinan Castro mencapai prestasi mengesankan di dalam negeri.
Jasa perawatan kesehatan berkualitas bagus gratis bagi semura orang, dan jumlah warga yang bisa baca tulis mencapai 98% dan Kuba memiliki tingkat kematian bayi yang setara dengan negara-negara Barat.
Fidel Castro mempertahankan kemampuannya untuk menggentarkan dan mengusik Amerika Serikat. Yang paling akhir dia terlibat dengan misi Seksi Kepentingan Amerika Serikat soal propaganda di luar gedung.
Dia juga merekayasa perbaikan hubungan dengan negara Ameri Latin kaya minyak, Venezuela, yang diperintah oleh sahabat kentalnya, Hugo Chavez.
Meski banyak warga Kuba jelas membenci Castro, yang lain benar-benar mencintai dia. Dia adalah sosok Daud yang berdiri menghadapi Goliath Amerika.
Setelah 50 tahun berlalu sekalipun, Fidel Castro tetap menjadi sosok yang mengundang perbedaan pendapat.

Sumber : BBC-Indonesia


0 komentar to "Castro: sosok revolusioner Kuba"

testing

Followers

Other WidGet