Akan selalu ada segolongan dari umatku yang memperjuangkan
kebenaran, mereka tidak akan dimudharatkan oleh orang–orang yang
menghina dan menyalahi mereka sampai datang keputusan Allah." ( HR.
Muslim )
Umar Mukhtar adalah ‘Hero’ umat Islam, yang sememangnya pernah wujud.
Bukan lagenda, bukan khayalan seperti filem Rambo. Bukan cerita The Last
Samurai. tetapi Umar Mukhtar sememangnya hero yang benar-benar wujud
suatu ketika dahulu, menjadi pejuang Islam ketika itu. Siapa Umar
Mukhtar?
Umar Mukhtar
Dilahirkan pada tahun 1858 dan syahid di gantung pada tahun 1931 (sampai
di umur 73 tahun beliau memimpin mujahidin libya melawan invasi Italy)
Awal Perjuangan Libya
Tahun 1911 kapal-kapal perang Itali berlabuh di pantai Tripoli, Libya.
Mereka membuat permintaan kepada kekhalifahan Turki Ustmaniyah untuk
menyerahkan Tripoli kepada Italia. Kalau tidak kota itu akan
dihancurkan. Bersama rakyat Libya, kekhalifahan menolaknya mentah–mentah
permintaan itu. Mereka menganggap hal ini sebuah penghinaan. Akibatnya,
titisan bangsa Romawi ini pun mengebom kota Tripoli tiga hari tiga
malam. Peristiwa ini menjadi seri perjuangan mujahidin Libya, bersama
tentara Turki melawan pasukan Italia.
Tahun 1912, Sultan Turki menandatangani sebuah perjanjian damai yang
sejatinya sebagai simbol menyerahnya Turki kepada Italia. Perjanjian itu
diadakan di kota Lausanne, Switzerland. Itulah awal pemerintahan
kolonial Italia berkuasa di Libya. Namun, perjanjian ini ditolak rakyat
Libya. Mereka tetap melanjutkan perang jihad. Di beberapa wilayah,
mereka masih tetap dibantu oleh tentara Turki yang tidak mematuhi
perintah dari Jenderal Turki di pusat kekhalifahan, Istanbul.
Sang Alim’ yang Peduli Umat
Kecaman yang menimpa muslim Libya membuat Umar harus meninggalkan semua
pengajiannya, demi kebutuhan umat. Sang Alim melayangkan pikiran, kita
sejenak pada sosok Abdullah ibn Mubarak. Ulama besar yang peduli dengan
kondisi yang bergolak saat itu.
Umar Mukhtar merupakan seorang komandan perang yang juga master dalam
strategi perang gerilya di padang pasir. Ia memanfaatkan pengetahuannya
tentang peta geografi Libya, untuk memenangi pertempuran. Terlebih
pasukan Italia ‘buta’ dengan padang pasir. Beliau benar-benar
memanfaatkan keterbatasan itu sebagai area menjadi sebuah titik
kemenangan. Karena ia menyadari, ia bergerak dalam ruang lingkup hukum
alam atau sunnatullah. “Jangan pernah melawan sunnatullah pada alam,
sebab ia pasti akan mengalahkanmu. Tapi gunakanlah sebagiannya untuk
menundukkan sebagian yang lain, niscaya kamu akan sampai tujuan”, kaedah
indah yang dipakai imam syahid Hasan Al-Banna.
Umar Mukhtar memiliki sekitar 6000 pasukan. Beliau juga membentuk
pasukan elit kecil yang mempunyai mobility dan keterampilan perang yang
tinggi. Keistimewaanya, berani tampil menjemput syahid. Pasukan ini
mirip Brigade Izzuddin Al-Qassam yang miliki HAMAS di Palestina.
Tahun 1921 Umar Mukhtar tertangkap, karena pengkianatan salah seorang
pasukannya. Tetapi berkat kepiawaiannya berdiplomasi dalam bahasa
Inggris, Umar pun cepat dibebaskan oleh tentara musuh. Di tahun yang
sama, Libya diperintah oleh Gubernur Jenderal Guiseppe Volvi. Ia
mendeklarasikan akan “memperjuangkan hak-hak Italia dengan darah”. Lima
belas ribu pasukan Italia pun disebar di kota Libya untuk membunuh para
penduduk awam. Angkatan udara italia pun juga ikut berbicara. Kepala
operasi ketentaraan ini adalah Pietro Badoglio dan Rudolfo Graziani.
Nama terakhir ini tidak mengecualikan seorang pun dari
pendukung-pendukung Umar yang tertangkap. Semuanya harus dibantai. Hal
ini mendorong Umar beserta pasukannya kembali angkat senjata. Kemenangan
pun diperoleh. Italia kalang kabut. Mereka ambil sikap, menangkapi
rakyat biasa Libya. Karena itu, Mujahidin Libya harus menjalani
peperangan yang sangat panjang. Umar berganti titel; komandan perang
untuk seluruh wilayah Libya. Terlebih, ia seorang ‘lulusan’ penjara
Italia, sekolah yang semakin membesarkan cintanya membela Islam.
Peperangan yang berkisar pada tahun 1923– 931, menyebabkan Italia
menderita kerugian yang amat sangat. Italia kalah perang di mana-mana.
Setelah mendapat laporan dari Libya, Benito Musollini turun tangan. Ia
mengirim 400.000 pasukannya ke Libya. Perang menjadi sangat tidak
seimbang. Ibarat David versus Goliath. Pasukan Umar Mukhtar ‘hanya’
10.000 orang. Di dalam al-Quran disebutkan bahwa bandingan pasukan
muslim melawan pasukan kafir 1:10. Sangat wajar 10.000:400.000
mengakibatkan kekalahan mujahidin Libya.
Sang Idola’ Menjemput Syahid
Hukum Sunnatullah berlaku. Apalagi Mujahidin Libya telah berperang
selama 20 tahun. Italia? mereka selalu berdarah segar, terkecuali para
pemimpinnya. Tahun 1931, Umar Mukhtar tertangkap. Sebuah pukulan telak
kepada rakyat Libya. Beliau pun diadili dalam pengadilan yang tidak ada
keadilan di dalamnya.
Akhirnya, 16 September 1931 Umar Mukhtar mendapatkan karunia Ilahiyah
yang mengabadikannya; tiang gantungan. Sebuah icon paling penting dalam
sejarah tirani abad ke-20. Simbol yang sangat akrab di telinga kaum
muslimin khususnya. Ratusan ribu rakyat Libya pun tak kuasa menahan
tangisnya. Sedih karena sang idola telah tiada. Tetapi terharu melihat
sang idola tersenyum menemui Robb-nya. Mereka semua mempunyai alasan
untuk menitikkan air mata kesedihan. Sebagaimana kesedihan yang
dirasakan wanita-wanita Madinah ketika mendengar berita kematian Khalid
bin Walid di Syam. Sebab, orang-orang seperti itu memang layak
ditangisi.
Sang Pemimpin’ dan Rahasia di Balik Kesuksesannya
Italia sangat terkenal dengan kekuatan militer. Terlebih, ia di bawah
arahan Benito Musollini; diktator Italia yang menganut Fasis. Teman
akrabnya, Adolf Hittler; diktator Jerman yang menganut Nazi. Membuat
kocar kacir kekuatan yang ‘maha dahsyat’ seperti itu tidaklah mudah.
Bahkan sangat berat. Tetapi tidak bagi Umar dan pasukannya. Mereka
seringkali menjungkalkan benteng pertahanan milik Italia.
Sang pemimpin memiliki daya karismatik yang tinggi di mata rakyat Libya.
Beliau mungkin sesuai dengan cara Umar bin Khatab r.a memaknai nilai
seorang pemimpin di mata Allah. Ia berpesan kepada para pejabat di masa
kekhalifahannya, “Ketahuilah kedudukan Anda di mata Allah dengan cara
melihat tingkat penerimaan masyarakat kepada Anda!” Beliau memiliki
keyakinan bahwa Allah hanya akan mau memenangkan agama-Nya dengan
usaha-usaha manusia, bukan dengan mukjizat demi mukjizat. Di sinilah
kunci kemenangan mujahidin Libya. Pasukan Umar Mukhtar sering memenangi
peperangan meskipun dalam rasio pasukan yang jauh berbeda.
Sang pemimpin mengajarkan kepada kita bertarung dengan ruh dan semangat.
Ketika ‘itu’ hilang dalam diri, maka segeralah bersiap–siap mengubur
kemenangan. Umar Mukhtar adalah seorang manusia seperti halnya kita. Ia
juga selalu dirundung banyak masalah. Pasti!. Kesedihan, kecemasan dan
ketakutan. Bahkan keputusasaan serta keterpurukan pun mendera jiwanya.
Pekerjaan-pekerjaan tersebut pastilah menyedot energi fisik, jiwa
spiritual, dan pemikirannya. Namun, ia tahu bagaimana melawan ketakutan
dan kesedihan. Memunculkan harapan di atas keputusasaan. Mereka selalu
tampak santai dalam kesibukan, tenang di bawah tekanan, bekerja dalam
kesulitan, optimis di depan tantangan, dan gembira dalam segala situasi.
Itu semua hanya berangkat dengan modal keyakinan iman dalam jiwanya. Ia
memiliki tradisi spiritualitas yang khas. Selalu berharap akan
pertolongan dan kemenangan dari Allah. Itu semua terlukis dalam bentuk
ibadah nadhahnya kepada sang Khalik dan perbuatan ‘saleh’ lainnya.
Karena itu, ia abadi dalam kenangan manusia. Menjadi bintang abadi di
langit sejarah. Wallahua’lam bisshawwab
ernyata inilah foto yg sering digunakan muammar khadafi (mantan Pemimpin libya) pada pakaiannya ...
Omar Muktar : "From Allah we have come, and to Allah we will return."
Unknown says:
Subhanallah
Berbagi Ilmu Pengetahuan